Selasa, 25 Januari 2011

Simulasi Tsunami dan Gempa

Ada yang mengerjakan PR, ada yang menyiapkan alat untuk simulasi bencanana alam, ada yang makan, dan lain lain.
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah." ikhwan sudah baris terlebih dahulu. akhwat segera menyusulnya.

"Hari ini kita jadual ke perpustakaan. Tapi sebelumnya, ada beberapa informasi." kata Bu Nia.
Beberapa anak yang hendak berdiri menunda niatnya itu.

Matematika dimulai setelah T2Q.
"PRnya sudah?" tanya Bu Nia. "Kekompok sini siapa saja?"
Setelah dihitung, ternyata banyak yang belum menyelesaikan PRnya.
"Yang belum, sayang sekali. Kalian menyayangkan waktu. Sekarang kerjakan dulu." ujar Bu Nia kecewa.

Setelah beberapa menit, Bu Nia meminta 6A untuk duduk di tempatnya masing-masing. Saatnya membahas PR. Kemudian Bu Nia memberi tiga soal kalau mau istirahat.

"Bentar ya Bu. Tadi Matematikanya susah." beberapa anak meminta waktu kepada Bu Anis untuk menghabiskan makanannya.
"5 menit. Eh, kelamaan. Cepat ya makannya." jawab Bu Anis.

"Kita simulasi di lapangan ya." ujar Bu Anis.
"Iya Bu."

"Minuman minuman." beberapa anak membawa kardus kosong dan mempromosikan minuman (bohongan) untuk dijual.
"Stt. Sudah perjanjian untuk tidak berisik kan." Bu Anis mengingatkan.
"Silahkan kelompok satu."
"Huu..." beberapa anak bersorak sambil bertepuk tangan.

"Syauqi dan Tim Relawan mencari Farhan." Ariq melanjutkan cerita.
"Hahaha. Sadis. Kasian tuh Farhan." kata seseorang.
Kelompok satu mengakhiri simulasi tsunami dengan kocak.

"Kelompok dua." Bu Anis mempersilahkan kelompok dua untuk simulasi gempa.
"Huu." kembali 6A bersorak dan bertepuk tangan.
"Ekhmm. Ariq." beberapa ikhwan menggoda Ariq. Ariq hanya tersenyum.

"Namun, satu orang tidak selamat. Yang satu lagi selamat. Tim Relawan pun mencari korban tewas." Zaenab membacakan alur cerita.
"Hahaha." beberapa anak tertawa melihat korban tewas diangkat dengan sadisnya.
Kembali kelompok dua mengakhirinya dengan kocak.

"Kelompok tiga." kembali Bu Anis mempersilahkan kelompok tiga.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." kelompok tiga mengucapkan salam. Kelompok satu dan dua pun sama-sama mengucapka salam.

"Hmm." Ulil merasa tak nyaman dengan posisi tidurannya. Ulil mengambil kardus yang tadi delampar (sebagi reruntuhan) supaya lebih enak.
"Mayat idup tuh." lagi-lagi 6A memberi komentar.
"Hmm." Ulil kembali mengubah posisinya seperti semula.
Tak lama, berakhirlah simulasi yang kocak itu.

"Kelompok empat." kata Bu Anis.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." kelompok empat mengucapkan salam.

"Kepada Bapak dan Ibu, harap mencari tempat yang aman. Khawatir ada gempa susulan." Rizki memberitahukan kepada warga (bohongan) kelompok empat.
"Majuan kamunya." kata Amirul. Amirul berperan sebagai Tim Relawan.
"Iya ih." gerutu Rizal.
"Mayatnya idup lagi." kata seseorang.
"Hahaha."
Simulasi yang kocak itu mengakhiri seluruh simulasi IPS saat itu.

"Ulangi Bu simulasinya." kata Nadira.
"Iya Bu. Disini enak." sambung yang lain.
"Saya kepanasan Bu ditutup mukena. Tiduran di lapangan lagi." Sahira juga ikutan.
"Nanti watunya tidak cukup. Seakarng diskusikan halaman 103." ucap Bu Anis.
"Didiskusikan Bu? Bukan dikerjakan?" tanya Ariq.
"Dikerjakan." jawab Bu Anis.

Istirahat.
"Ih. Lagi makan malah bilang **." gerutu Fauzan.
"Nggak juga." protes Haidar.
"Jangan diomongin lagi Fauzan." akhwat protes.
"Tuh. Denger." Haidar mendukung.

Mentoring saat itu diganti menjadi acara untuk seperti promosi tentang SMPIT Ummul Quro Bogor. Hasilnya, banyak juga yang akhirnya mau di SMPIT Ummul Quro Bogor.

IPA.
"Kalian kemana saja sih?" Pak Fauzi protes.
"Kan di aula SMP Pak." jawab Rizka.
"Sekarang kalian ikuti Bapak." perintah Pak Fauzi.

"Sudah ya permainannya." kata Pak Fauzi.
"Sudah ya permainannya." 6A masih mengikuti.
"Ih. Kalian jangan ngikutin Bapak." protes Pak Fauzi lagi.
"Ih. Kalian jangan ngikutin Bapak." 6A masih mengikuti.
"Ya Allah." kata Pak Fauzi.
"Ya Allah." 6A masih mengikuti.
"Semoga 6A." lanjut Pak Fauzi.
"Semoga 6A." 6A masih mengikuti.
"Tidak iseng kepada gurunya lagi." lanjut Pak Fauzi.
"Tidak iseng kepada gurunya lagi." 6A masih mengikuti.
"Amin." kata Nadira.

"Udah ah. Serius." kata Pak Fauzi tegas.
"Lagian kita juga udah capek."
"Hahaha.

Setelah percobaan menyalakan lampu, 6A shalat ashar kemudian pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar