"Tadi malem, ada badai makaroni. Nah, Haidar ngambilin makaroninya. Terus dibagiin deh." canda Sahira.
"Haidar pagi-pagi langsung ke kantin bilang, "Makaroni tiga puluh." Ya kan?" tanya Fauzan.
Haidar mengangguk. Ia sedang asyik bersama komik Tin Tinnya.
"Makasih ya Haidar." kata akhwat.
"Iya."
"Kita kan boongan. Kenapa dikasih beneran?" Hantika heran. Memang sih, kemarin akhwat nagih Haidar. Katanya, Haidar mau traktir 6A. Padahal hanya bercanda, tapi beneran. Haha, tak apalah. Terimakasih Haidar.
Hari Badai Makaroni 6A dan Hari Menangis Akhwat 6A. Kalau Hari Badai Makaroni 6A itu baru. Kalau Hari Menangis Akhwat 6A sudah dirayakan dua kali. Tepatnya kelas lima dan kelas enam. Ada-ada saja ya?
IPS dimulai. Buku IPS dikeluarkan. Kemudian mendengarkan penjelasan dari Bu Eha lalu mengerjakan latihan.
T2Q, istirahat.
Akhwat 6A tengah bersiap. Beberapa diantara mereka mengikuti acara Hari Menangis. Setelah makan, mereka menuju ke belakang kelas (bukan kamar mandi ikhwan ya!).
"Apakah kalian sayang dengan orang tua kalian? Apakah kalian mencintai mereka?" Sahira, Alya, dan Pipit sedang menjadi trainer.
"Hiks... hiks..." satu-persatu dari mereka sudah menangis. Air mata meleleh begitu saja. Walau pun ada gangguan dari ikhwan.
"Hmm..." Oci memasang tampang sedih. Padahal sih, baiasa aja.
"Ada apa nih?" tanya Bu Nia tiba-tiba.
"Ini Bu. Kan hari ini Hari Menangis." jawab Pipit.
"Oh."
Hidung murid 6A yang menjadi 'korban' para trainer itu memerah. Mereka amat menghayati apa yang disampaikan para trainer. Namun, Pak Musyafa sudah datang. Tampang sedih segera diubah menjadi semangat.
"Hmm..." Pak Musyafa menggeleng-gelengkan kepala melihat anak muridnya banyak yang menangis.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." kata Pak Musyafa.
"Wa'alaikumsalam warahmatullhai wabarakatuh." jawab beberapa murid 6A.
"Siapa yang tadi masih mengobrol ketika Pak Musyafa sudah salam?" tanya Pak Musyafa tegas. "Silahkan berdiri di depan."
Oci, dan kawan-kawannya maju ke depan (maaf ya, admin lupa. Kalau ada yang tau, silahkan komentar).
"Jongkok berdiri sepuluh kali." kata Pak Musyafa.
"Satu... dua..." kata mereka sambil jongkok berdiri.
"Buat saf." kata Pak Musyafa lagi.
"Kaya Tahu Rasa ya?" gumam Rizki.
"Bismillahirahmanirahim." kata Pak Musyafa.
"Bismillahirahmanirahim." mereka mengikuti.
"Ya Allah."
"Ya Allah."
"Saya berjanji."
"Saya berjanji."
"Dari hati saya yang paling dalam."
"Dari hati saya yang paling dalam."
"Mulai saat ini."
"Mulai saat ini."
"Saya akan disiplin."
"Saya akan disiplin."
"Dan mengikuti intruksi dari guru."
"Dan mengikuti intruksi dari guru."
Mereka melakukan hal yang sama selama empat kali. Yang pertama menghadap ke arah timur, selatan, barat dan utara. Pak Musyafa tidak marah, hanya Pak Musyafa ingin 6A lebih disiplin saja.
PKn. Ada tiga orang tamu yang datang ke kelas 6A. Sepertinya ingin melihat 6A belajar. 6A tidak terlalu heran. Mereka lebih berkonsentrasi kepada pelajaran PKn.
6A mulai bermain. Permainannya seperti yang ada di 6A Semangat edisi Perkumpulan Konsentrasi.
Istirahat, Matematika.
Bu Nia mulai membacakan nilai murid 6A. Tetapi yang dibacakan adalah nilai 70-100. Kemudian Bu Nia mempunyai sedikit informasi mengenai nilai TO JSIT.
"Nanti nilainya dikasih tau berbarengan dengan nilai TO SDIT." terang Bu Nia.
"Yah..." 6A cemberut.
"Bu Nia takutnya begini, yang NEMnya diatas 24 lebih semangat lagi. Tapi yang dibawah 24 jadi nggak semangat." kata Bu Nia.
"Malahan kalau yang NEMnya dibawah 24 malah nambah semangat Bu." kata Rizka.
"Hmm... Oke, yang diatas 24 orang itu dari seratus sembilan belas anak hanya ada lima orang. Dan tiga dari meraka ada di 6A." kata Bu Nia.
"Hore!!!" sorak 6A bahagia.
Na,paknya mereka tidak terlalu kecewa. Lagi pula hanya evaluasi.
Bahasa Indonesia.
Ricuh. Hanya sedikit dari mereka yang memperhatikan. Bu Eha sabar melihat anak didiknya itu. Terutama saat mengerjakan tugas dan presentasi. Ada yang kejar-kejaran. Ada yang ledek-ledekan, bahkan ada yang bertengkar dan hampir saling adu fisik. Jangan ditiru ya teman!
Shalat Ashar dan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar