
Pagi ini, ada yang berbeda dari level 6. Apa ya? Oh, ternyata pakaiannya. Ada yang menggunakan kemeja, jas, dan batik. Mereka menggunakan pakaiannya seperti itu karena akan berpidato.
Pak Yuhdi dan Pak Muslim masuk ke kelas 6A untuk membuat panggung. Tak lupa, Pak Yuhdi menaruh pengeras suara di podium.
Bel berbunyi. Bu Emil membacakan tata tertib pelaksanaan ujian prkatek Bahasa Indonesia. Setelah itu memulai pengocokan untuk menentukan siapa yang akan maju terlebih dahulu untuk menyampaikan pidatonya.
"Rizal!" panggil Bu Emil.
"Wes! Rijal!" seru 6A diiringi tepuk tangan riuh rendah.
Rizal maju menuju ke atas panggung. Kemudian berdiri di atas podium.
"Assalamu'alaikum warah matullahi wabarakatuh!"
Terus... Hingga giliran Haidar tiba.
Cklik
Itu bunyi tombol pengeras suara.
"Ih, kaya Resident Evil," kata Sahira. "Coba pencet tombolnya lagi."
Haidar pun memencetnya.
"Ih, mirip!" seru Sahira.
"Iya. Kaya Resident Evil," tambah Nadira.
Masih digiliran Haidar. Ada lagi kejadian yang... Yah, kamu bisa baca kelanjutannya.
"E... Ah!" kata Haidar tak jelas.
"Kenapa?" tanya Bu Emil.
"Gagap Bu. Gak bisa ngomong," jawab Haidar.
"Alasan!" celetuk beberapa akhwat.
"Beneran!" bantah Haidar.
Haidar kembali mencoba berbicara.
"U... A.... AH!" gerutu Haidara karena tidak bisa bicara apa-apa.
"EHH!" paksa Haidar lagi.
"Kaya ngeden," komentar seseorang.
Haidar tak merespon. Haidar terus mencoba untuk bisa berbicara layaknya orang yang berpidato.
"Aneh. Waktu pidato sama Bu Ulfa lancar. Sekarang kok nggak?" tanya Rizka.
"Itu kan pake teks!" jawab Haidar.
Ceritanya sedikit tidak jelas ya? Memang sulit sekali dijelaskan karena Haidar memang tidak bisa bicara apa pun kecuali mengeluh karena tidak bisa berpidato dengan baik. Coba kalai ada disitu, pasti protes karena Haidar kelamaan berdiri di panggung.
Tak bisa bicara sepatah kata pun, giliran Haidar ditunda.
Saatnya istirahat. Beberapa orang langsung naik ke panggung dan memainkan pengeras suara.
"Kaya Resident Evil!" seru mereka ketika memencet tombol pengeras suara.
Usai istirahat, ujian praktek Bahasa Indonesia kembali dilanjutkan.
Cklik
Tombol kembali dinyalakan. Kemudian terdengar cakap-cakap diantara murid 6A.
"Kaya Resident Evil."
"Iya. Tapi bagaian yang mana?"
"Yang buka pintu. Resident Evil aku yang di kapal. Jadi banyak pintunya."
"Kalau aku di hutan. Jadi dikit pintunya."
Loh? Kok malah ngomongin Resident Evil? Kembali ke 6A Semangat lagi yuk!
Semua telah menampilkan aksi pidato mereka. Yang paling kocak adalah bagian Kakang dan Oci. Kenapa tidak? Mereka mengatakan hal yang jarang sekali ada dikalimat-kalimat pidato.
Setelah semua sukses pidato (termasuk Haidar), 6A latihan untuk SBK dan Bahasa Sunda.
"Manuk dadali manuk panggagahna..." Ikhwan bernanyi keras.
"Ih, berisik banget!" gerutu Salsa.
"Resep ngahiji rukun sakabehna..." Ikhwan bernanyi lebih keras lagi.
Merasa tertantang, akhwat bernanyi lebih lantang lagi dengan alat musik. Itu menjadi perhatian beberapa orang. Akhwat 6A tak malu. Yang penting menang.
Shalat, istirahat, dan T2Q.
Kali ini latihan khotmil lagi. 6A datang paling pertama.
"Akhwat 6A sudah datang? Subhanallah... Sudah rapi. Ikhwannya? Ikhwannya juga. Yang lain kemana nih?" tanya Bu Eti.
6A mengangkat bahu tanda tak tahu.
Setelah latihan khotmil, pulang.
1 komentar:
Haidaaaaar. Maaf ya. Habis kamu begitu. hehe... piiss ^^V
Posting Komentar