Pagi itu diwarnai dengan kekecauan dan kericuhan. Dari mulai baris sampai berdo'a.
"Impas!" kata Pipit usai mencolek Rizka.
"Ihh... Apaan? Impas, impas, impas!" Rizka tak mau kalah.
"Aku cuma satu kali!" Pipit mencolek lagi.
"Ihh... Impas!" Rizka juga sebliknya.
"Impas!"
"Impas!"
"Impas!"
"Impas!"
"Sudah diam!" kata Bu Dwi tegas.
"Pipit duduk. Rizka juga. Ko' jadi jalan-jalan?" kata Bu Dwi lagi.
"Mau bantuin Hana Bu." jawab Pipit sambil bergegas menuju tempat duduk.
"Ayo disiapkan." perintah Bu Dwi.
Kacau! Banyak yang telat baca do'anya. Ada yang kecepetan. Kelas pun menjadi berisik. Bu Dwi hanya bisa menggelengkan kepala.
Usai dibagikan, semua murid 6A langsung menekuni kertas yang telah dibagikan. Murid 6A tidak mau mengeluh lagi (baca: Keluhan 6A)
"Gak keliatan Bu nomor 5!"
"Bentar ya. Ini gambarnya." kata Bu Dwi.
"Loh? Kenapa gak ada garis batasnya?" tanya Hantika.
"Nanti kalian malah tau." jawab Bu Dwi.
"Biasanya juga ada Bu." kata seseorang.
"Assalamu'alaikum." sapa Bu Emil.
"Wa'alaikumsalam." jawab seisi kelas.
"Nomor 5 Bu!"
"Nomor 9 Bu!"
"Nomor 13 Bu!"
"Iya. Ini gambarnya. Silahkan dilihat." kata Bu Emil sambil menempel gambar peta dan memberi tanda nomor.
"Assalamu'alaikum." Bu Emil melangkah kearah pintu kelas 6A.
"Wa'alaikumsalam." jawab murid 6A dan bergegas kearah papan tulis.
Usai istirahat, saatnya UAS B. Inggris dengan Bu Nia.
"Kalau ngobrol terus tidak usah menerjakan!" kata Bu Nia tegas.
Seketika saja seisi kelas terdiam.
"Yang sudah jangan ngobrol! Periksa kembali!" kata Bu Nia lagi dengan nada yang tegas juga. Bu Nia tidak marah. Hanya saja ingin membuat 6A mendapat nilai yang baik.
"Nomor 21 gambar apa itu Bu?" tanya Salsa.
"Bu Nia tanya dulu." Bu Nia segera mencari Bu Sari.
"Gambar perangko." kata Bu Nia.
"Ooo."
UAS B. Inggris tuntas dikerjakan. Setelah berdo'a, murid 6A berhamburan keluar kelas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar