
Upacara kemudian murid 6A masuk kelasnya. Tak seperti biasanya, Bu Nia selalu hadir usai upacara menemani 6A dalam peljaran matematika. Namun karena Bu Eha cuti, jadual di ubah. Bu Anis yang pertama masuk saat itu.
"Loh? Bukannya SBK ya Bu?" tanya seorang ikhwan.
"Tidak. Bahasa Indonesia dulu." jawab Bu Anis.
"Pribahasa. Kita akan menambah 10 pribahasa baru. Nanti kita games." kata Bu Anis.
"Kita mengulang dulu pribahasa yang sudah di pelajari." kata Bu Anis lagi.
"Iya..."
SBK
"Karena kita telah ketinggalan banyak pelajaran SBK, maka kali ini serius, tidak ada yang bercanda. Kita harus menyusul ketinggalan kita." kata Bu Nina tegas.
"Bu! Katanya hari ini tes nanyi?" tanya seseorang.
"Kan kita sudah telat SBKnya. Jadi minggu depan bersamaan dengan pengambilan nilai yang masih kosong." jawab Bu Nina.
Istirahat kemudian matematika
"Kita belajar mudus dan median. Kelompok Rizki, Karima, dan Ariq satu kelompok. Kelompok Ama dan Amirul satu kelompok. Kelompok Sarah dan Pipit satu kelompok. Kelompok Rizki bilang AAAA... Sementara kelompok Ama III... Dan terakhir kelompok Sarah EEE..." terang Bu Nia panjang lebar.
Murid 6a hanya membentuk mulatnya seperti 'O'.
"AAAAA..."
"IIIII..."
"EEEEE..."
"EEEEE..."
"AAAAA..."
"IIIII..."
Usai mengerti apa itu modus, Bu Nia bermain games lagi.
"Bu Nia akan memilih beberapa akhwat untuk maju ke depan. Hantika, Ulil,..." beberapa anak. Yang pasti yang di panggil.
"Urutkan dari tinggi yang paling tinggi hingga rendah." kata Bu Nia.
Yang di depan sibuk mengurutkan tinggi badan.
"Udah!"
"Oke oke. Nah yang ada di tengah maju. Dan inilah Mediannya...!" kata Bu Nia.
"Hore!!!"
Istirahat, T2Q, dan langsung IPA. Tidak ada PAI.
Usai IPA tiba tiba berita menghebohkan datang!
"Burung!"
"Burung!"
Beberapa anak mengucapkan kata yang sama.
Malangnya nasib seekor burung hitam mungil yang tertimpa box data milik Bu Nia. Tampak sangat lemah dan tak berdaya.
"Serbuu!!!" seru ikhwan.
"Ehh.. Jangan!" cegah akhwat.
"Pak Fauzi. Ada burung nyasar jatuh tak berdaya!" kata Hantika.
Pak Fauzi menghampiri kerumunan murid 6A.
"Wah kasihan. Dia lagi pusing. Taruh di sini saja. Biar dia terbang sendiri." kata Pak Fauzi bijak.
Saat di perjalanan menuju masjid, beberapa anak menemukan burung yang tadi nyasar di 6A. Hampir tergilas mobil. Oh malangnya burung 'nyasar' itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar