
Bel telah berbunyi. Akhwat siap dengan barisannya. Ikhwan? Hanya ada empat orang! Ariq, Oci, Kiki, dan Syafiq. Yang lain?
"Enam! Kasih sayang sesama saudara seiman siar hidup kami!"
Tiba-tiba, datanglah ikhwan lainnya. Beberapa mengaku bahwa baru datang bukan karena nongkrong. Memang sih Oci nongkrong. Tapi Oci langsung ke lantai tiga setelah mendengar bunyi bel.
"Ayo! Siapa lagi yang nongkrong?" tanya Bu Nia tegas.
"Aku baru dateng Bu." sahut ikhwan yang mengaku baru datang.
"Yang nongkrong kesini!" kata Bu Nia.
Setelah selesai berdo'a, Bu Nia menasihati 6A untuk tidak nongkrong lagi setelah bel berbunyi.
"Kalian juga sulit untuk naik ke atas. Banyak adik kelas kalian yang sudah berbaris. Itu membuat kalian terhambat naik ke atas." papar Bu Nia. "Ikhwan! Ingat ya!"
"Akhwat boleh dong Bu?" celetuk Sahira.
"Hmm... Harusnya akhwat jangan mengikuti." jawab Bu Nia.
"Sekarang Bu Nia beri free time untuk bermain selama 15 menit. Bu Nia datang harus sudah rapi semua." kata Bu Nia.
"Iya!" jawab 6A.
"Eh pinjem dong ular ualarannya." pinta ikhwan.
"Nggak ah!" tolak Nisa.
"Plis..."
"Yaudah deh." Nisa memberikan ular mainan miliknya.
"A..!" teriak Syauqi.
"Syauqi takut ular mainan!" seru seseorang.
"Nggak!" bantah Syauqi.
"Syauqi mah takut semut." kata Adi.
"Nggak ya!" bantah Syauqi lagi.
Ular mainan tidak ada di tangan Syauqi, tapi kini ada di tangan Oci.
"Petualangan Panji!" kata Oci sambil bergaya layaknya Panji yang ada di acara TV Petualangan Panji.
"Hahaha."
Ikhwan yang lain sibuk berbain bola. Tiba-tiba...
Buk!
"Maaf ya Ulil!" kata Syauqi.
"Iya." jawab Ulil.
"Maaf ya." kata Syauqi lagi.
"Iya iya!" Ulil mulai jengkel.
"Ulil!" Syauqi emosi.
"IYA!" jawab Ulil dengan nada yang sedikit tinggi.
Ada sebuah pertengkaran anatara akhwat dan ikhwan. Seseorang menangis karena Rizki melempari ular itu ke arahnya. Perdebatan pun terjadi. Namun Rizal berteriak.
"BU NIA!" seru Rizal.
"Bu Nia!" 6A panik dan segera duduk raoi.
"Bu! Masih 3 menit lagi." kata Sahira.
"Berarti Bu Nia nggak boleh masuk dong?" tanya Bu Nia. "Oh iya! Buku Bu Nia ketinggalan." Bu Nia berlalu meninggalkan kelas 6A.
6A jadi ribut seketika itu juga. Kemudian Bu Nia datang.
"Yang tadi nongkrong!" panggil Bu Nia. "Tolong bagikan buku dan sebar infaq."
"Iya."
6A sedang asyik membahas materi. Dia akhir penjelasan Bu Nia berkata,
"Matematika itu tidak bisa diubah-ubah. Namun kalau ilmu sosial iya. Contohnya, Icha menganggap warna hitam itu menyeramkan. Tapi menurut Salsa warna hitam itu elegan." kata Bu Nia.
"Wess..." kata akhwat kepada Salsa.
"Memang warna hitam itu elegan. Rambut kita warna hitam kan? Kalau misalnya rambut Rizal menjadi warna pink kan nggak lucu." kata Bu Nia.
"Hahaha." tawa 6A meledak.
"Fauzan rambutnya ungu. Itu kan aneh. Memang warna hitam elegan tapi menyeramkan. Allah juga mengatakan kalau disaat malam yang gelap gulita, banyak setan setan. Itu memang tidak bisa disalahkan. Kecuali Matematika. Misalnya 2 : 2 sama dengan 1. Kalau ada yang bilang 1/2, coba buktikan dengan ilmu sains. Kalau benar, Bu Nia ikut." ujar Bu Nia panjang lebar.
"Itu ASet (Ajaran Sesat)."
PJK.
Melelahkan. Setelah lari 15 kali, 6A harus skot jump. Wah! Capek. Namun tidak bagi ikhwan. Mereka tetap semangat bermain bola. Hingga istirahat pun mereka tetap bermain bola. Ckck... AKhwat saja sudah tidak kuat untuk lari-larian.
Bahasa Indonesia.
"Plis Bu. KAsih tau nilai tertinggi!" pinta 6A.
"Nilai tertinggi 9!" seru Bu Eha.
"Hore!" tepuk tangan riuh redah pun terdengar.
"Namanya?" tanya 6A.
"Lihat saja nanti." jawab Bu Eha.
"Yah..."
6A membhasa soal TO kemarin. Kemudian keputrian dan shalat Jumat. Istirahat, bimbel Bahasa Sunda (reguler), dan IPA.
6A sedang membuat tenda untuk praktek IPA tentang gerhana matahari dan gerhana bulan. Tiba-tiba...
"Ada tsunami di Jepang. Jam 6 kena Maluku!" seru Pak Fauzi.
"Apa?" tanya 6A terkaget-kaget. Tak sadar tenda mereka rubuh.
"Wah... Ancur lebur!" komentar Nadira melihat tendanya rusak.
"Itu lebih parah." tnjuk Salsa ke arah kelompok Haidar.
"Masya Allah!"
Ikhwan malah bermain bola. Bukannya langsung ke Masjid. Kalau akhwat wajar belum ke Masjid karena tugas mereka belum selesai. Kalau ikhwan sih sudah.
"Woy! Ke Masjid!" teriak akhwat.
Ikhwan tidak menanggapi. Namun..,
"Hayolo!" sorak akhwat kepada ikhwan.
"Kualat!" tambah Rizka.
"Makanya, di bilangin tuh nurut." timpal Salma yang tempat minumnya beserta isinya jatuh karena terkena bola yang di lempar Adi.
"Lap!" perintah akhwat.
Setelah selesai mengelap lantai (walau pun nambah basah lantainya) akhwat dan ikhwan yang masih di kelas melangkah menuju Masjid untuk shalat Ashar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar